Sabtu, 26 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GASTRITIS

BAB II
TINJAUAN TEORI

I.       KONSEP DASAR GASTRITIS
A.     Definisi
1.      Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronis, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
2.      Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
3.      Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.
B.     Anatomi & Fisiologi
1.      Anatomi
2.      Fisiologi
Ventrikulus (lambung) terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa, submukosa, lapisan otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus berlipat-lipat atau rugae. Secara anatomis ventriculus terbagi atas kardiaka, fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter cardia mengalirkan makanan masuk ke dalam ventriculus dan mencegah reflux isi ventriculus memasuki oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sphincter ini mencegah terjadinya aliran balik isi duodenum (bagian usus halus) ke dalam ventriculus (Budiyanto, 2005; Faradillah, Firman, dan Anita. 2009).
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel goblet. Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada bagian cardiac kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian fundus dan corpus kelenjar mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan faktor intrinsik, dan chief cell mensekresi pepsinogen. Bagian pilorus mengandung sel G yang mensekresi gastrin (Chandrasoma, 2006).
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek erosif asam lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik yang mampu menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat menetralkan asam di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang dibentuk dan disekresi oleh mukosa lambung melindungi lambung dan duodenum dengan merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus lambung, aliran darah mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa yang bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan mukosa (Price dan Wilson, 2006).
Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan makanan, menyediakan makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit secara teratur. Cairan asam lambung mengandung enzim pepsin yang memecah protein menjadi proton dan protease. Asam lambung juga bersifat antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glikosa dapat diabsorbsi dari lambung (Guyton, 1997).
Usus dimulai pada pilorus dan berakhir pada taut anorectal. Usus dibagi menjadi intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crasum (usus besar). Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus besar terdiri dari caecum, colon ascendens, colon tranversum, colon descendens, colon sigmoideum, dan rectum (Faradillah, Firman, dan Anita. 2009).
Usus mencerna dan mengabsorpsi komponen penting makanan yang ditelan dan membuang komponen yang tak berguna saat defekasi. Pencernaan pada usus halus bagian atas dibantu oleh enzim yang disekresi oleh usus, pankreas, dan empedu (Guyton, 1997).
C.     Etiologi
Penyebab dari gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1.      Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama sapirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misalnya : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
2.      Gastritis Kronis
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada oranr tua, tapi di duga pada peminum alkohol dan merokok.
D.    Manifestasi Klinis
1.       Gastritis Akut
Yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu anoreksia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
2.       Gastritis Kronis
Pada Gastritis kronik kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
E.     Patofisiologi.
1.      Gastritis akut.
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2.      Gastritis kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).

F.      Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal: 188).
G.    Test  Diagnostik
1.      Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagain biasanya berdarah dan letaknya tersebar.
2.      Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa kerena erosi tidak pernah melewati mikusa muskularis.
3.      Pemeriksaan radiology.
4.      Pemeriksaan laboratorium.
5.      Analaisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis akut.
6.      Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
7.      Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit, dan albumin.
8.      Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidebtifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
H.    Penatalaksanaan Medis
1.      Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (antagonis reseptor H2). Inhibitor  pompa proton, ankikolinergik dan antasid (obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2.      Gastritis Kronis
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
I.       Komplikasi
1.      Gastritis Akut
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2.      Gastritis Kronis
Gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang penyerapan, B12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
J.      Pencegahan.
Berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
·        Makan secara teratur.
·        Hindari alkohol.
·        Jangan merokok.
·        Lakukan olahraga secara teratur.
·        Kendalikan tress.
·        Ganti obat penghilang nyeri.
·        Ikuti rekomendasi dokter.







II.    KONSEP DASAR KEPERAWATAN GASTRITIS
Asuhan keperawatan mengunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap, yaitu :  pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Nursalam,2001. Dikutip dari Iyer,1996)
A.     Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan upaya mengumpulkan data secara sistematis, lengkap mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam,2001)
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnese yang diperoleh dari wawancara, observasi, [emeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan status kesehatan klien. Data yang dikumpulkan terdiri atas data dasar dan data fokus. (Nursalam dikutip dari Taylor et.al 1996)
Setelah pengumpulan data, langkah berikutnya dalam pengkajian adalah pengelompokan data yang terdiri atas data fisiologi/boilogis, data psikologis sosial dan spritual. (Nursalam dikutip dari PPNI,1994)
Pengkajian diambil dari Doenges.
1.      Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2.      Sirkulasi
Gejala : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3.      Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4.      Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
5.      Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6.      Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8.      Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9.      Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman dia mampu dan mempunyai kewenangan memberikan tindakan keperawatan (Nursalam,2001)
Adapun tujuan dari diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana ada respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit yang dihubungkan dengan penyebab suatu masalah (etiologi) dan kemampuan klien untuk mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan (Nursalam,2001)
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Gastritis adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan nutrisi : kurang dari krbutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
2.      Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
4.      Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
5.      Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.





















C.     Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan / Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang kurang adekuat.
Tujuan :
Nutrisi adekuat dan masukan cairan terpelihara.
Kriteria Hasil :
-      Mengatakan pemahaman masukan kebutuhan nutrisi
-      Menunjukan peningkatan Berat Badan mencapai rentang yang diharapkan individu
-      Menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat untuk meningkatkan / mempertahankan Berat Badan
1.   Buat tujuan Berat Badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian, serta timbang BB setiap hari




2.   Berikan makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

3.   Hindari masukan minuman yang mengandung kafein, alkohol

4.   Buat pilihan menu yang ada dan di ijinkan klien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin

5.   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti emetik
1.      Mal nutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan, perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berfikir dan kerja psikologis.
      (Doenges, 2000. Hal : 427)
2.      Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah periode puasa.
      (Doenges, 2000. Hal : 427)
3.      Kafein adalah stimulan system syaraf pusat yang meningkatkan aktifitas lambung dan sekresi pepsin.
     (Brunner & Suddarth, 2001. Hal : 1063)
4.      Klien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.
      (Doenges, 2000. Hal : 247)
5.      Untuk mencegah mual, nyeri atau rasa ketidak nyamanan.
      (Doenges, 2000)
2
Nyeri  berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
Tujuan :
Nyeri terkontrol sampai hilang
Kriteria Hasil :
-   Klien mengatakan nyeri hilang
-   Ekspresi wajah rileks
-   Mampu berpartisipasi dalam aktifitas
1.   Kaji keluhan nyeri, lokasi dan intensitas nyeri

2.   Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
3.   Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien


4.   Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan

5.   Berikan obat sesuai dengan program medis
1.      Mempengaruhi pilihan atau pengawasan ketepatan intervensi. (Doenges, 2000. Hal : 765)
2.      Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
      (Doenges, 2000. Hal : 464)
3.      Makanan mempunyai efek penetralisir asam juga menghancurkan kandungan gaster, makanan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
      (Doenges, 2000. Hal : 464)
4.      Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu.
      (Doenges, 2000. Hal : 464)
5.      Mengurangi nyeri yang klien rasakan. (Doenges, 2000)
3
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairantidak cukup dan kehilangan cairan karena muntah
Tujuan :
-   Tidak terjadi kekurangan volume cairan
-   Cairan dan elektrolit tetap seimbang
Kriteria Hasil :
-   Mempertahankan / menunjukan perubahan keseimbangan cairan
-   Menyatakan pemahaman factor penyebab dan perilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan
1.   Awasi Tanda-Tanda Vital, pengisian kapiler, status membrane mukosa dan turgor kulit

2.   Awasi jumlah dan tiap masukan cairan, ukuran urine dengan akurat



3.   Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal, misalnya jadwal masukan cairan

4.   Tambahan kalium, oral atau IV sesuai indikasi

5.   Berikan cairan intravena sesuai program medis
1.      Indikator keadekuatan volume sirkulasi. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan jatuh/cedera segera setelah perubahan posisi.
      (Doenges,  2000. Hal : 429)
2.      Klien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau menganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
      (Doenges, 2000. Hal :  429)
3.      Melibatkan klien dalam rencana untuk mempertahankan ketidakseimbangan, memperbaiki keseimbangan untuk berhasil.
      (Doenges, 2000. Hal : 429)
4.      Dapat diperlikan untuk mencegah disritmia jantung.
      (Doenges,  2000. Hal : 429)
5.      Cairan intravena membantu mencegah syok dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Smeltzer & Bare, 2002)
4
Ansietas berhubungan dengan pengobatan
Tujuan :
Ansietas hilang
Kriteria Hasil :
-   Menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani
-   Menyatakan kesadaran tentang perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya
1.   Catat petunjuk perilaku, misalnya gelisah, peka rangsangan, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian

2.   Dorong klien menyatakan perasaan, berikan umpan balik



3.   Berikan lingkungan yang tenang dan istirahat


4.   Bantu klien belajar koping baru, misalnya : tehnik mengatasi stress, keterampilan, organisasi

1.      Indikator derajat ansietas/stress dapat merasa tidak terkontrol dirumah, kerja/masalah pribadi. Stress dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi juga reaksi lain. (Doenges,2000. Hal : 480)
2.      Membuat hubungan terapeutik, membantu klien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menimbulkan stress.
      (Doenges,2000. Hal : 480)
3.      Memindahkan klien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
      (Doenges,2000. Hal : 480)
4.      Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas, meningkatkan control penyakit. (Doenges,2000. Hal : 481)
5
Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :
Klien mengetahui penatalaksanaan diet dan penyakitnya.
Kriteria hasil :
-   Menyatakan salah satu konsep tentang hubungan situasi dan perilaku
-   Mematuhi program pengobatan
-   Menghindari factor pencetus timbulnya gastritis
-   Menyatakan kebutuhan terhadap informasi baru
1.   Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar

2.   Kaji kebutuhan diet, jawab pertanyaan sesuai indikasi


3.   Berikan/ulang penjelasan pada tingkat penerimaan klien. Diskusikan ketidak akuratan dalam persepsi tentang proses penyakit dan terapi bersama klien dan orang terdekat



4.   Berikan informasi tertulis untuk klien atau orang terdekat
1.      Belajar lebih mudah bila dimulai dari pengetahuan peserta.
      (Doenges, 2000. Hal : 436)
2.      Klien/keluarga memerlukan bantuan dalam perencanaan untuk cara makan baru.
      (Doenges, 2000. Hal : 436)
3.      Terdapat stressor yang belebihan dan mungkin disertai dengan pengetahuan yang terbatas, salah konsep, kadang tak dapat dihindari, namun ketidakberhasilan untuk mengenali dan memperbaikinya dapat mengakibatkan kegagalan klien mencapai kemajuan kesehatan.
      (Doenges, 2000. Hal : 215)
4.      Membantu sebagai pengingat dan penguat belajar.
      (Doenges, 2000. Hal : 436)



D.    Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan meliputi pengmbangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. (Nursalam,2001)
Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah klien. Tahap perencanaan pada klien adalah penentuan prioritas duagnosa keperawatan, penetapan sasaran dan tujuan, penetapan kriteria hasil dan merumuskan intervensi keperawatan.
E.     Implementasi Keperawatan
   Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat bersama klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan thenik, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan pisikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupaya pencatatan Dan pelaporan (Nursalam,2000).
F.      Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek ataupun evaluasi yang sedang berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan smpai tujuan tercapai sedangkan evaluasi sumatif yang biasa disebut evaluasi akhir atau evaluasi secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Evaluasi sumatif juga evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukabn pada akhir tindakan keperawatan dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisien tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya mengunakan format “SOAP” (Nursalam,2000).     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar