Sabtu, 26 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BRONCOPNEUMONIA


BAB  I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Salah satu penyebab utama kematian penduduk adalah penyakit radang  saluran pernapasan, termasuk broncopneumonia, penyakit ini banyak menyerang anak-anak terutama usia dibawah 2 tahun.
Broncopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang terjadi pada ujung akhir bronciolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya (Wong D. L, 2004).
Insiden bronkopneumonia didunia paling sering terdapat pada dua tahun pertama kehidupan yakni 30% anak dengan bronkopneumonia yang berusia 3 tahun daripada 70% anak dengan bronkopneumonia yang kurang dari 1 tahun (Betz,C.L and Sowden, L.A, 2002). bronkopneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahun nya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan sebab keenam terbanyak dari kematian di Amerik Serikat (Silvia dan Larranie, 2006).
Dalam hal ini mendorong penulis untuk mengamati penyakit bronkopneumonia ini lebih lanjut karena dalam praktek sehari-hari penulis sering menemukan klien ini. Dan penulis ingin mempelajari lebih jauh sehingga dapat menolong klien dan memberikan pelayanan lebih baik dan dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Hal ini juga penting bagi penulis untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam prakterk di RSU ”Bethesda” Serukam, sehingga dapat membantu masyatakat lainnya terutama didaerah pedesaan, baik tindakan promotif, preventif, Kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan ilmu, keterampilan yang didapat selama pendidikan di Akper “Bethesda” Serukam.


      
B.     Tujuan Penulisan
  1. Tujuan umum
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang bermutu dan profesional bagi klien dengan masalah Bronkopneumonia.
  1. Tujuan khusus
a.    Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Bronkopneumonia.
b.    Dapat merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan Bronkopneumonia.
c.    Mampu menyusun rencana tindakan pada klien dengan Bronkopneumonia.
d.   Mampu melaksanakan tindakan  keperawatan pada klien dengan Bronkopneumonia.
e.    Mampu Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan Bronkopneumonia.
f.     Mampu membuat perencanaan pulang pada klien dengan Bronkopneumonia.
g.    Mampu mendokumentasikan setiap tindakan pada klien dengan masalah Bronkopneumonia.

C.    Metode Penulisan
Dalam metode penulis digunakan sebagai berikut:
  1. Studi kepustakaan.
Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penyakit bronkopneumonia.
  1. Studi kasus
Memberikan asuhan keperawatan langsung pada klien dan bekerjasama sama dengan tim kesehatan lainnya dengan pendekatan proses keperawatan dengan melakukan wawancara langsung dengan klien dan keluarga dalam megenali informasi, serta memberikan asuhan keperawatan langsung kepada klien dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

3.      Studi Dokumentasi
Yaitu mengambil data yang diperlukan sehingga terungkap permasalahan klien secara nyata dengan melihat kartu rekam medik RSU Bethesda Serukam.
4.      Wawancara langsung dengan keluarga klien.

D.    Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami dan mempelajari isi makalah ini, penulis mencantumkan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 Bab, yaitu Bab I, pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan teori terdiri dari konsep dasar Penyakit meliputi anatomi fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi,  pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis dan komplikasi. Konsep dasar pengkajian meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, perencanaan pulang dan dokumentasi keperawatan. Bab III adalah membahas mengenai tinjauan kasus yang mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana perawatan (intervensi), pelaksanaan, evaluasi, Perencanaan pulang dan dokumentasi keperawatan. Bab IV pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penulisan makalah ini diakhiri dengan bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran dalam makalah sisertakan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
1.      Anatomi fisiologi
 













a.       Anatomi saluran pernafasan
Saluran penghantar hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Struktur ini menyalurkan udara yang  di inspirasi menuju ke alveolis pada paru-paru untuk dibuang ke atmosfer.
1)      Hidung
Ketika udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
2)      Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
3)      Laring
Merupakan saluran udara sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebralis ficalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya.

4)      Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inchi.
5)      Bronkus
Lanjutan dari trakea, bronkus kanan lebih pendek dan besar dibandingkan kiri, terdiri dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang, bronkus kiri lebih panjang dan ramping terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
6)      Bronkiolus
Lanjutan dari bronkus yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.
7)      Alveoli
Area respirasi yaitu pada alveoli yang merupakan unit fungsional dimana pada area ini terjadi pertukaran gas.

2.      Definisi
a.       Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dan bronkiolus, virus (influenza), jamur candida albican/aspirasi karena makanan/benda asing (Dra Suryana, 1999).
b.      Bronkopneumonia adalah merupakan suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Kapita selekta edisi ke-2, 1982).
c.       Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang lebih menyebar sifatnya dan melibatkan cabang tengkorak dalam paru-paru itu sendiri yang membawa udara ke sel-sel yang sangat halus (alveoli) dari paru-paru itu sendiri (Brunner and Suddarths, 2001).

3.      Etiologi
Etiologi atau penyebab dari penyakit bronkopneumonia adalah :
a.       Bakteri
1)      Pneumokokus
2)      Streptokokus
b.      Virus
c.       Aspirasi
d.      Jamur.

4.        Pathofisiologi
                        Saluran pernapasan atas memiliki karakteristik (normal) mencegah partikel infeksius mencapai saluran pernafasan bawah. Jadi, pasien dengan pneumonia biasanya disebabkan karena tubuhnya sedang mengalami daya tahan, seperti pasien dengan chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan AIDS. Organisme penyebab penyakit ini masuk ke dalam paru melalui saluran pernafasan lewat droplet mukus atau saliva. Organisme memasuki sirkulasi pulmonar dan terperangkap di dasar kapiler paru-paru dan menjadi sumber potensial pneumonia. Lobus bagian bawah paru-paru paling sering terkena karena efek gravitasi.
                        Pneumonia sering mempengaruhi fungsi ventilasi dan difusi. Suatu reaksi inflamasi dapat terjadi di dalam alveolus dan memproduksi eksudat yang mengganggu difusi O2 dan CO2. Sel darah putih (khususnya neutrofil), berimigrasi ke dalam alveolus. ventilasi paru-paru menjadi tidak adekuat disebabkan oleh sekresi dan edema mukosa yang menyebabkan tersumbatnya sebagian bronchus atau alveolus. akibat hiperventilasi, ventilasi perfusi pada daerah paru-paru yang terkena menjadi tidak seimbang. Pembuluh darah vena memasuki sirkulasi pulmonar melalui area yang ventilasinya in-adekuat dan keluar ke bagian kiri jantung (atrium kiri) dengan membawa darah yang miskin oksigen, sehingga dapat menyebabkan hipoksemia. Pada bronchopneumonia terdapat penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter 3-4 cm yang mengelilingi dan melibatkan bronkus dan meluas ke sekitar parenkim paru-paru. setelah mencapai alveolus, proses peradangan dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu :
a.       Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
      Kapiler melebar/berdilatasi dan kongesti serta di dalam alveoli terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
b.      Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
      Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, merah dan bergranula (perabaan seperti hepar). Karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit neutrofil mengisi alveolus. Stadium ini berlangsung sangat pendek.


c.       Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)
      Lobus berubah warna menjadi pucat kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi did alam alveolus yang terserang, tempat terjadi fagositosis pneumococcus.
d.      Stadium resolusi (4-11 hari)
      Eksudat mengalami lisis dan di reabsorbsi oleh makrofag, leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan menghilang, sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
 (Brunner & Suddart, 2001).

























5.      Patoflodiagram

Melalui
droplet
ETIOLOGI              saluran pernapasan              mekanisme pertahanan tubuh
baik
sehat
tidak baik
reaksi radang di lobus paru yang terkena
bronkus/bronkiolus/alveolus
edema bronkus/alveolus
penurunan suplai O2
sesak
 ketidakefektifan jalan napas
            intoleransi aktivitas
peningkatan produksi sekret
ketidakefektifan bersihan jalan napas
hipoksemia
reaksi infeksi
peningkatan suhu
             Hipertermi      Resti kekurangan cairan
sianosis
 
























            Sumber (Smeltzer and Bare, 2002)







6.      Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien pemderita bronkopneumonia adalah :
a.       Seringkali didahului ifeksi traktus respiratorus bagian atas.
b.      Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu naik sampai 39-40° C disertai menggigil.
c.       Nafas menjadisesak dan cepat.
d.      Batuk-batuk yang mula-mula non produktif tetapi kemudian menjadi produktif.
e.       Nafas berbunyi pada anak-anak jelas tampak pernafasan cuping hidung. Bila mengenai pleura, timbul nyeri dada yang tajam.
(Mansjoer Arif, edisi ketiga 2000).
7.      Pemeriksaan diagnostik
a.       Sinar x mengidentifikasi distribusi struktural misalnya lobar, bronkial dapat juga menyatakan abses luas, emfisema.
b.      GDA/nadi oksimetri tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada gas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c.       Pemeriksaan kultur darah dan sputum, kultur sputum dapat tidaknya mengidentifikasi semua organisme yang ada sedangkan kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
d.      JDL: leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah, terjadi pada infeksi virus.
e.       Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f.       Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah.
g.      Bilirubin: mungkin meningkat.
h.      Pemeriksaan fungsi paru; volume mungkin menurun, tekanan jalan nafas mungkin meningkat.
(Doenges, 2000)




8.      Penatalaksanaan
a.       Oksigen 1-2 liter/menit
b.      IVFD dekstrose 10 % : Nacl 0,9 % : 3:1 + Kcl 10 ml cairan jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
c.       Jika sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d.      Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan saline normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
e.       Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Mansjoer Arif edisi ketiga, 2000).

9.      Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
a.       Efusi pleura terjadi dima cairan terkumpul dalam rongga pleural
b.      Atelektasis terjadi akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi.
c.       Delirium terjadi mungkin disebabkan oleh hipoksia, atau sindroma putus alkohol.
d.      Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotik yang sangat besar, seperti penisislin.
















B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah diamana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini Disebutkan sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat (Nursalam 2001), Iyer et all (1996) mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
a.       Biodata klien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, anak keberapa, agama/suku, pendidikan, alamat, dan penanggung jawab serta hubungan dengan klien.
b.      Riwayat kesehatan
1)   Riwayat kesehatan sekarang : kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala, faktor yang mempengaruhi, apakah berhubungan dengan stres atau keluhan fisik, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
2)   Riwayat kesehatan masa lalu : berupa penyakit dahulu yang pernah diderita, dan hubungannya dengan keluhan sekarang.
3)  Riwayat alergi : apakah ada reaksi alergi terhadap suatu zat-zat terutama seperti obat atau makanan.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
d.      Struktur keluarga/genogram
e.       Pengkajian fisik dan pola kesehatan
1)  Aktifitas atau istirahat
Gejala              : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda              : Letargi.
                          Penurunan toleransi terhadap aktifitas
2)  Sirkulasi
Gejala              : Riwayat adanya gejala kronis takikardi.
Tanda              : Takikardia.
                          Penampilan kemerahan atau pucat.
3)  Integritas ego
Gejala              : Banyaknya stressor, masalah finansial.
4)  Makanan atau cairan
Gejala              : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda              : Distensi abdomen.
                                                  Hiperaktif bunyi usus.
  Kulit kering dengan turgor buruk.
5)  Neuro sensorik
Gejala              : Sakit kepala daerah Frontal (influenza).
Tanda              : Perubahan mental ( bingung, samnolen).
6)  Nyeri atau kenyamanan
Gejala              : Sakit kepala
  Nyeri dada (pleuritik),meningkat oleh batuk
Tanda              :  Melindungi area yang sakit
7)  Pernapasan
Gejala              : Takipnea, Dispnea progresif, pernapasan dangkal                                        
Tanda              :  Sputum : Merah muda, berkarat, atau purulen.                                Perkusi : Pekak diatas area yang konsolidasi.
                        Fremitus : Taktil dan vocal bertahap meningkat
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
8)  Keamanan
Gejala              : Riwayat gangguan sistem imun, misalnya AIDS,                  Demam (misal, 38,5-39,60 C).
Tanda              : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar.








2.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dan individu atau kelompok dimana perawatan secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Menurut (Doenges, 1999) diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
b.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
c.       Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.
d.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.
e.       Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan batuk berlebihan.
f.       Kurang pengetahuan orang tua tentang masalah penyakit, pengobatan dan perawatan klien berhubungan  dengan kurang informasi.

3.      Perencanaan  keperawatan
        Perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses keperawatan  (Doenges, 1999). Berikut ini akan disajikan rencana keperawatan berdasarkan masing-masing diagnosa.
1)      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Tujuan : pola pernafasan efektif
Kriteria hasil : menunjukkan jalan nafas paten dengan nafas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.
Intervensi :
a)      Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
R/ : Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada (Doenges 1999 hal 166).
b)      Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius
R/ : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi (Doenges 1999 hal 167)
c)      Pengisapan sesuai indikasi
R/ : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak dapat melakukannya (Doenges 1999 hal 167)
d)     Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi, mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.
R/ : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan (Doenges 1999 hal 167)
2)      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
Tujuan                   : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil          : Berat badan meningkat
Intervensi :
a)      Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, nyeri..
R/ : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah (Doenges 1999 hal 172)
b)      Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.
R/ : Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat atau memanjang (Doenges 1999 hal 172)
c)      Berikan makanan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering atau makan yang menarik untuk pasien.
R/ : Tindakan ini dapat meningkatkan mAsukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali (Doenges 1999 hal 172).

d)     Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar
R/ :Adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi (Doenges 1999 hal 172).
3)      Nyeri akut pada inflamasi parenkim paru berhubungan dengan batuk yang berlebihan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil : Klien tenang, tidak rewel selama dirawat di rumah sakit, sebelum pulang batuk berkurang sampai hilang.
Intrervensi :
a)      Tentukan karakteristik nyeri misalnya : tajam, konstan.
R/ : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis (Doenges 1999 hal 171).
b)      Pantau tanda vital
R/ : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri (Doenges 1999 hal 171)
c)      Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
R/ :alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk (Doenges 1999 hal 171)
d)     Kolaborasi untuk memberikan analgesik dan anti tusif sesuai indikasi
R/ : obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksimal, meningkatkan kenyamanan (Doenges 1999 hal 171)
4)      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.
Tujuan       : Terpenuhinya pemasukan volume cairan dalam tubuh.
Kriteria hasil: - Menunjukan keseimbangan cairan dan dibuktikan dengan paramater individual yang tepat.
Intervensi :
a)    Kaji perubahan tanda vital misalnya: Peningkatan suhu tubuh, demam memanjang, takikardi, hipertens ortostastik.
R/        :Peningkatan suhu tubuh atau memanjang nya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi (Doenges, 1999 hal 171).
b)   Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa ( bibir dan lidah ).
R/        :Indikasi langsung keadekuatan volume cairan meskipun membran mukosa mulut kering karena nafas mulut dan tambahan (Doenges, 1999 hal 171).
c)    Berikan obat sesuai indikasi, misalnya: antipiretik dan antiemetik.
R/        :Berguna menurunkan kehilangan cairan (Doenges, 1999 hal 171)
5)      Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan batuk yang berlebihan
Tujuan : klien dapat istirahat tidur ± 7 jam pada malam hari.
Kriteria hasil : selama dirumah sakit klien tenang.
Intervensi :
a)      Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas, catat laporan dispnea, perubahan tanda vital selama dan sesudah aktifitas.
R/ : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien selama dan sesudah aktifitas (Doenges 1999 hal 170)
b)      Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
R/ : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat (Doenges 1999 hal 170)
c)      Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur
R/ : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur dikursi, atau menunduk kedepan meja atau bantal (Doenges 1999 hal 170)
6)      Kurang pengetahuan orang tua tentang masalah penyakit, pengobatan dan perawatan klien berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : orang tua klien dapat mengerti dan memahami tentang masalah penyakit anaknya.
Kriteria hasil : orang tua klien mengatakan mengerti penyakit yang dialami oleh klien.
Intervensi :
a)      Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuahan.
R/ : informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan (Doenges 1999 hal 173)
b)      Informasi dan bentuk tertulis dan verbal
R/ : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi atau mengikuti program medik (Doenges 1999 hal 173).
c)      Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan
R/ : penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat makrofag alveolar (Doenges 1999 hal 173).




4.      Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001) tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan oleh karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan sesuai skala urgent dan non urgent.
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu : persiapan, perencanaan, dan pendokumentasian ( Nursalam, 2001).
a)          Fase persiapan meliputi
1)      Review antisipasi tindakan keperawatan
2)      Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3)      Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4)      Persiapan alat
5)      Persiapan lingkungan yang kondusif
6)      Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b)          Fase implementasi
1)      Independen
2)      Interdependen
3)      Dependen
c)          Fase dokumentasi
Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, memberi support, pendidikan, advokasi dan pencatatan.

5.      Evaluasi
Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada status kesehatan klien (Nursalam 2001) evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu evalusi formatif atau evaluasi jangka pendek dimana evaluasi ini dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan akhir. Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi akhir atau jangka panjang, dimana evaluasi dilakukan pada akhir tindakan keperawatan. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini umumnya menggunakan sistem SOAP (Nursalam 2001 hal 74)


6.         Perencanaan pulang
                        Selama dirawat dirumah sakit klien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan dirumah, beberapa informasi penyuluhan kesehatan yang harus sudah dipersiapkan/ diberikan pada klien dan keluarga adalah:
a.    Pengertian dari penyakit bronkopneumonia
b.    Penjelasan tentang penyebab penyakit
c.    Manifestasi klinis yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh klien dan keluarga.
d.   Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat klien dan keluarga lakukan.
e.    Klien dan keluarga dapat pergi ke rumah sakit atau puskesmas terdekat apabila ada gejala-gejala yang memberatkan penyakitnya.
f.     Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan kepada klien dalam menaati peogram pemulihan kesehatan.

7.        Dokumentasi Keperawatan
                        Dokumentasi keperawatan merupakan pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis tentang tanggung jawab perawat (Hidayat. A. 2001). Agar seluruh proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dilakukan pendokumentasia. Menurut Capernito (1995) dikutip Anastasi Anna (2000) standar dokumentasi keperawatan meliputi pengkajian awal dan ulang, diagnosa keperawatan dan kebutuhan asuhan klien, rencana tindakan keperawatan, respons klien dan hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan serta kemampuan untuk meneruskan asuhan setelah klien pulang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar